Tuesday 1 October 2013

RAYUAN SEORANG AHLI TAJWID KEPADA ISTERINYA



Pelajaran Tajwid yang indah. Mungkin ada sesetengah murid perlukan ungkapan ini untuk mengingati pelajarannya.

Dinda, saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

Aku di matamu mungkin bagaikan Nun Mati di antara Idgham Billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada. 

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas, terang dan nyata.

Jika Mim Mati bertemu Ba disebut Ikhfa Syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham Mutamaatsilain melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Lazim ...
Paling panjang di antara yang lainnya...

Setelah kau terima cintaku, hatiku rasanya seperti Qalqalah Kubro..
berdetak dengan keras.

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

Sayangku padamu seperti Mad Thobi'i dalam quran.
Amat banyak.
Semoga dalam perhubungan ini, kita umpama Idgham Bilaghunnah ya,
hanya kita berdua, Lam dan Ro' .

Layaknya Waqaf Mu'annaqah, engkau hanya boleh berhenti di salah
satunya, dia atau aku?

Meski perhatianku tidak terlihat seumpama Alif Lam Syamsiah, cintaku padamu seperti Alif Lam Qomariah, terbaca jelas.

Dinda, kau dan aku seperti Idghom Mutajanisain.
perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya
tapi berlainan sifatnya.

Aku harap cinta kita seperti Waqaf Lazim, terhenti sempurna di akhir hayat.

Sama halnya dengan Mad 'Aridh di mana tiap mad bertemu Lin Sukun Aridh akan berhenti, seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

Layaknya Huruf Tafkhim, namamu pun tercetak tebal dalam fikiranku

Seperti Hukum Imalah yg dikhususkan untuk Ro' saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk mu seperti Mad Aridlisukun.

No comments:

Post a Comment